Rabu, 20 Juni 2018

MANUSIA SEMPURNA (Mengenal Diri secara Hakikat Manusia)


Oleh: Aldisyah
Kata Kunci:
1. Spritualitas
2. Intelektual
3. Tanggung Jawab Sosial

Abstraksi
Dalam Konteks pembahasan kali ini mengenai Kesempurnaan Manusia menurut “Murtadha Muthahhari” dalam perspektif syariat Islam yakni Al-Qur’an dan As Sunnah, serta mengacu pada tiga sub pembahasan yakni konsep manusia sempurna, hakekat manusia, dan relasi manusia dengan Alam. Kesempurnaan manusia adalah realitas fitrah hidup manusia yang ada dalam diri atas dorongan keinginan dan persepsi manusia yang mengantarkan untuk pencapaian nilai-nilai kesempurnaan setiap individu. Kesempurnaan berangkat dari potensi fitrah yang ada dalam diri setiap umat menuju keimanan aktualitas yang bernilai orisinilitas kesucian yang ingin dicapai. Kesempurnaan adalah eksistensi, dia bergerak dari kenyataan bahwa manusia berada pada tiga keadaan, intelektualitas, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial. Secara filsafat, berada pada tahap pikiran/pengetahuan (epistemologi), hubungan vertikal (ontologi), dan tindakan sosial (aksiologi), atau secara teoritis dan praktis. Konsep manusia sempurna mengacu pada poin tiga  diatas (Spiriritual, Intelektual dan Sosial) menurut perspektif islam yakni teladan, unggul dan mulia bermakan salin menyeimbangkan satu sama lainnya atau tidak kekiri dan kekanan, Ketiganya adalah kemestian dari eksisitensi manusia dalam perjalanan menuju kesempurnaan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan Khalifah Ali Bin Abi Tholib sebagai tokoh dalam pencapaian maqam Manusia sempurna.
Murtadha Muthahhari, adalah salah satu Filosof dan ulama yang sangat berpengaruh dalam menyumbangkan pemikiran-pemikirannya lewat buku, seperti halnya buku manusia sempurna yang menjadi Tulisan saya  ini. Dalam pembahasan ini mencakup pembahasan yang luas dan sistematis tetapi penyampaian dalam uraian bukunya yang cukup sederhana dan mudah dipahami serta Pemaparannya yang bersifat filsafat, ketuhanan sekaligus bermakna relasi sosial. Pembahasan ini menurut ‘Saya” Muthahhari tampaknya ingin memberikan sebuah pengantar buat manusia untuk lebih merenungi exsistensi kediriannya secara hakekat manusia diciptakan di dunia ini atas fitrah yang dibawahnya dengan pencapaian kesempurnaan secara lahiriah(dunia) dan batinia(akhirat) agar manusia mempunyai manfaat dan makna hidup didunia ini.

Bab I . Konsep Manusia Sempurna
Secara Diskripsi poin pertama yang ingin kita jelaskan yakni mengenal manusia sempurna dari perspektif islam yang berlandaskan dari Al-qur’an dan Sunnah, mengenal hakekat Insan Kamil dengan cara mengenal langsung secara kepribadian individu-individu baik dikeluarga,social dan aktivitas-aktivitas lainnya yang meyakinkan bahwa mereka dapat dikategorikan dalam al-qur’an dan sunnah.salah satu tauladan manusia sempurna yang didik oleh keistimewaan yakni nabi Muhammad SAW dan Khalifah Ali Bin Abutholib yang secara kepribadiannya dan perilaku social dipandang sebagai watak manusia insan kamil,dalam memulai pembahasan ini perlunya kita membedakan manusia lengkap dan manusia sempurna agar bisa dinilai secara hakekat Insan Kamil,manusia lengkap dalam hal ini berbicara mengenai sifat jasmani yang lebih mengarah pada duniawi seperti ( lengkap secara tubuh,economi,pekerjaan,harta dll),sedangkan manusi sempurna lebih mengarah pada pencapaian dan penyeimbangan antara vertical”Iman” dan Horizontal “sosial’serta hakekat exsistensi manusia sebagai mahluk berpengetahuan,artinyanya bahwa dalam perbedaan diatas sangat mencolok dari sisi pencapaiannya manusia pada konsep lengkap pada tahap duniawi sedangkan manusia sempurna adalah hakekat manusia sebagai mana exsisitensi manusia itu,segala sesuatu yang kita lakukan didunia ini tidak terlepas dari problem dalam menjalankan aktivitas keseharian manusia,oleh karna itu manusia dituntut untuk senantiasa melakukan hal-hal positif agar ketika pertanggung jawaban diakhirat kelak dapat menyelamatkan diri manusia karna pada dasarnya manusia dibangkitkan sesuai dengan nilai kesempurnaan ketika perbuatan manusia saat didunia selalu mengedepankan nilai-nilai manusia maka akan dibangkitkan secara manusia tetapi miris ketika dikehidupan ini kita melukakan hal-hal yang menyimpang terhadap agama maka manusia akan dibangkitkan menyerupai apa yang telah diperbuatnya,dalam hal kesempurnaan tidak hanya dikhususkan pada manusia artinya segala sesuatu yang diciptakan oleh tuhan bergerak menuju kesempurnaannya masing-masing seperti Benda mati mempunyai kesempurnaan ketika bermanfaat (Gas),tumbuhan dan hewan juga memiliki maqam kesempurnaan seperti halnya hewan dikatakan sempurna ketika diberanak atau bertelur begitupun dengan tumbuhan ketika dia bermanfaat dan berbuah,malaikat pada tingkatan kesempurnannya diberikan akal murni dengan selalu sujud kepada allah SWT, bagaimana dengan manusia,manusia mencapai maqam kesempurnaan ketika nilai-nilai kesempurnaan bisa dicapai yakni Intelektual dengan pondasi iman dan beradaptasi secara tanggung jawab social ditengah-tengah masyarakat,dari perbedaan kesempurnaan diatas tidak terlepas dari factor dan syarat serta ikhtiarnya masing-masing.tentunya pada tahap ini manusia mempunyai nilai lebih dalam proses mencapai hakekat kesempurnaan,salah satunya ibadah yang dianjurkan oleh umat islam sebagai pondasi awal karna ibadah adalah salah satu metode untuk mendekatkan diri kepada allah agar segala aktivitas manusia bisa terjaga dari hal-hal yang menyimpan ketika manusia dekat dengan tuhan melalui ibadah,tetapi islam tidak menfokuskan manusia untuk selalu beribadah tapi harus diseimbangkan dengan duniawi seperti beribadah disosial,keluarga,tetangga dan bermasyarakat seperti yang dicontohkan oleh nabi muhammad dan  khalifah  ali bin abutholib pada masa hidupnya selalu ibadah penuh keintiman dengan allah dan beribadah dan berinteraksi di masyarakat seperti suka membantu sesama,melawan segala bentuk penindasan atas hak-hak masyarakat yang dirampas,dan memanusiakan manusia.

Bab II.  Hakikat Manusia ( Spritual/Intelektual)
Dalam pembahasan bab dua buku manusia sempurna “Murtadha Muthahhari” tentang hakekat manusia memulia dengan perbedaan-perbedaan dari melihat hakikat manusia yang salin berlawan satu sama lain yakni materialisme dan islam,menurut materialisme manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang terdiri dari roh/jazad yang akan musnah yang tidak mempunyai hakikat kesempurnaan kecuali bersifat materi semata,tetapi dalam perspektif islam sangat bertolak belakang dengan pendapat materialisme,menurutnya hakekat manusia roh bersifat kekal meskipun jasad terpisah dengan ruh dan memandang bahwa hakekat manusia sebenarnya adalah bersifat beriman dan bersosial,meskipun keduanya sangat bertolak belakang dalam pemikiran tetapi dia bertemu pada satu titik yakni intelektual artinya segala aktivitas manusia harus senantiasa mengedepankan sifat intelektual dalam bertindak,selanjutnya hakekat manusia sempurna dibuktikan oleh banyaknya cobaan dan derita yang dilaluinya baik dalam menyebarkan syariat tuhan dan ujian-ujian tuhan lain dalam menguji keimanan seseorang seperti halnya nabi Nuh di uji dengan derita penyakit kulit yang begitu menjijikkan sampai ditinggal oleh istrinya,nabi Ibrahim diuji menyembeli anak yang disayangnya atas perintah allah,begitupun dengan nabi Muhammad diuji dengan derita dan cobaan yang berat,artinya bahwa ketika manusia yang bergerak ingin mencapai kesempurnaan harus mempu merasakan derita sebagai salah satu cobaan dan ujian atas mereka,pepatah yang serin terucap yakni ”Semakin tinggi pohon maka semakin kencang hembusan angin artinya semakin tinggi kualitas kesempurnaan seseorang maka semakin sulit derita,ujian dan cobaan yang lalui”seperti halnya yang dijelaskan dalam 4 perjalan manusia merupakan siklus pencapaian manusia mulai dari titik terendah yakni perjalanan manusia menuju tuhan yakni proses pencarian jati diri manusia,kedua perjalanan dengan tuhan didalam tuhan yakni lebih mengarah pada mengenal iman dengan penuh keintiman dengan tuhan,ketiga perjalanan tuhan bersama mahluk tuhan artinya lebih mengarah pada proses membantu mahluk tuhan serta mendekatkan manusia kepadanya,keempat perjalanan tuhan ditengah-tengah mahluk demi keselamatan mereka artinya lebih mengarah pada hakikat tindakan exsistensi manusia murni tindakan tuhan dan bersama tuhan untuk menyelamatkan mahluk lainnya,dalam 4 perjalanan diatas sangat selaras dengan nilai-nilai manusia sempurna yakni mengenal diri secara intelektual,spiritual dan aktualisasi untuk menyelamatkan masyarakat.salah satu nilai-niali manusia sempurna dicontohkan oleh khalifah  Ali bin abutholib yang membantu seorang perempuan yang hidup dengan anaknya diakibatkan suami meninggal saat berhidmat dengan ali bin abutholib,dia memberinya makan dan meyantuninya ini adalah salah satu tanggung jawab social yang dicontohkan iman ali terlebih lagi ketika imam ali membuktikan nilai-nilai kesempurnaan saat diayungkan pedang hingga kesyahidannya ali setidaknya ada tiga yang begitu menakjubkan yang diperlihatkan ali seperti ketika dia berkata perlakukan pembunuh itu dengan baik,setelah meninggal diberikan sepenuhnya keluarga mau dilepas atau dihukumi,dan menyuruh untuk diberikan makan dan minum orang yang menebasnya artinya bahwa didalam diri imam ali ada suri tauladan dan watak insan kamil yang begitu sempurna dibuktikan dari kepribadiannya.

Bab III . Relasi Manusia Dengan Alam (Sosial)
Hakekat Dalam pembahasan relasi manusia dengan alam adalah perjalanan manusia yang sangat berat menurut saya karna sebuah pencapaian seseorang dalam mengaktualkan diri atas pencapaiannya baik keimanan,dan pengetahuannyan,kesempurnaan manusia bernilai ketika berelasi ditengah-tengah masyarakat membantu dan meyelamatkan masyarakat serta mendekatkan mereka kepada jalan yang benar,artinya bahwa sebelum menyelamatkan masyarakat manusia harus meyelamatkan dirinya terlebih dahulu ,menjadi manusia sebagaimana exsistensi manusia menghilangkan hal-hal yang bersifat menyimpan dari kebaikan baik sifat ego,sombong,iri,dengki dan lainnya,seperti yang dicontohkan oleh nabi muhammad dan khalifah ali bin abutholib dimasa hidupnya,Nilai-nilai manusia sempurna dibuktikan ketika berelasi di masyarakat salah satunya menghilangkan Ego dan kepentingan pribadi bahkan melalui pengorbanan baik itu mengorban waktu,keluarga,harta,tahta,bahkan paling kita sayangi itu dikorbankan semata-mata untuk tuhan dan kesempurnaan diri,diibaratkan dunia ini ibarat relasi petani dengan ladang,petani menanam,memelihara,menyayangi tanamannya dengan sebaik-baiknya agar memberikan penghidupan atas dirinya,keluarga dan masyarakat,begitupun dangan relasi manusia dengan masyarakat ketika ingin sampai kepada nilai-nilai manusia sempurna yakni harus senantiasa memberi kehidupan dimasyarakat baik menyelamatkan dan mendekatkan masyarakat kejalan yang benar,agar diladang akhirat kita panen/petik hasilnya, saya teringat sebuah kalimat kira-kira bunyinya seperti ini “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” menurut saya kalimat ini sangat mengarah pada hakekat manusia sempurna itu dengan cobaan dan derita yang dilalui semata-mata karna kesenangan kesempurnaan yang ingin dicapai,sama halnya dengan salah satu tokoh berpengaruh sebagai penggerak tranformasih budaya dan politik kemanusiaan yakni Mahatma Gandhi yang menunjukkan sifat sosialnya yang begitu cinta,kasihnya dimasyarakat baik membela hak-hak masyarakat,menuntut sebuah penegakan HAM,ketidak adilan,atas dasar sebuah prinsip yang dipegang teguhnya yakni pengkajian Upanishad yang merupakan pemandu dalam hidupnya seperti,pertama Hanya ada satu realitas yaitu mengenal diri artinya bahwa pentingnya manusia tersebut harus lebih mengenal diri secara pribadi untuk menolong manusia lain,atau menjadi manusia terlebih dahulu sebelum menyelamatkan manusia menjadi renungan bersama bahwa hal yang paling sulit dalam kedirian manusia adalah melawan dirinya “dikisahkan setelah pulang dari peperangan sekelompok orang menemui nabi,kemudian nabi berkata terpujilah orang-orang kembali dari jihad kecil,tetapi mereka mesih menghadapi jihad yang lebih besar,jihad itu adalah Jihad melawan diri” saya dapat menarik kesimpulan bahwa sanya jihad sesungguhnya adalah ketika manusia bisa melawan hasrat Ego atas kepantingan diri,kedua barang siapa yang mengenal dirinya maka akan memahami tuhan dan yang lainnya,secara tidak langsung ketika manusia telah mengenali kediriannya maka segala tindakan yang dilakukan akan selalu bersifat baik karna didalam dirinya ada tuhan bermanifestasi jadi sangat sulid akan  berbuat zholim dimasyarakat manusia yang telah mencapai maqam kediriannya.ketiga hanya ada satu kekuatan yakni kekuatan yang mendominasi diri,apabila manusia telah mampu mendominasi dan mengendaliakan dirinya sangat mungkin terjadi bisa mengontrol dan mengendalikan masyarakat.

Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas saya dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa semua mahluk ciptaan tuhan didunia ini bergerak menurut pencapainnya masing-masing,terkhusus manusia pada dasarnya adalah mahluk yang berkeinginan untuk mencapai kesempurnaan secara lahiria (horizontal) dan batiniah(Vertikal) bahwa dalam mengenali manusia sempurna dilihat dari kepribadian seseorang baik itu dilingkungannya,relasinya dimasyarakat,keluarga serta pengaruh yang dibawahnya untuk kepentingan umat manusia,olehnya itu  kesadaran atas mengenal diri secara hakekat merupakan kunci pertama manusia dalam mencapai kesempurnaan tersebut “Barang siapa yang mengenal dirinya secara exsisitensi maka dia akan mengenal tuhannya”dengan senantiasa mempunyai watak yang beriman dan berpengetahuan dalam diri sebagai basis pondasi utama dalam mengenal kediriannya sebelum menyelamatkan manusia lain,artinya manusia mampu menyeimbangkan dan  mengendalikan nafsu dan Ego kepentingan yang ada dalam diri,agar manusia  dapat meraih watak Insan Kamil apabila ia mampu mengembangkan semua kualitas dengan baik dan seimbang. Kualitas itu boleh jadi cinta kasih, kemampuan mengenal derita,intelek,kejujuran,Iman,berahlak dan hal-hal lain yang menyangkut kemaslahatan umat manusia yang selaras dari 4 perjalanan manusia yakni perjalanan manusia menuju tuhan,perjalanan dengan tuhan didalam tuhan yakni mengenalnya,perjalanan tuhan dengan mahluk tuhan dan perjalanan tuhan ditengah-tengah mahluk demi keselamatan mereka.itu dicontohkan dalam watak insan kamil terdapat pada kedirian nabi Muhammad SAW dan kepribadian Ali Bin Abutholib yang berpegang teguh,pada kepentingan kemaslahatan umatnya dengan tetap berlandaskan Iman sebagai watak dan perbuatannya,dan pengetahuan yang mengantarkannya untuk menyelamatkan dan mendekatkan manusia kepada jalan yang benar untuk kepentingan bersama(MNI)